Sunday, 23 November 2014

MENGULAS KEBUDAYAAN HINDU - BUDDHA DAN ISLAM


        I.            Masuknya Agama Hindu – Buddha ke Indonesia
Agama Hindu masuk ke Indonesia diperkirakan pada abad ke-4, dibawa oleh para musafir dari India yaitu Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni musafir Budha Pahyien.
Terdapat beberapa teori yang berbeda tentang penyebaran agama Hindu di Indonesia. Teori tersebut hanya Teori Brahmana yang dianggap sesuai dengan bukti-bukti yang ada. Brahmana menyatakan bahwa  penyebaran agama Hindu dilakukan oleh kaum Brahmana. Bukti teori ini ialah:
1.      Agama Hindu bukan agama yang demokrasi, karena urusan keagamaan menjadi monopoli kaum Brahmana, sehingga hanya golongan inilah yang berhak dan mampu menyiarkan agama.
2.      Prasati Indonesia yang pertama berbahasa Sansekerta, sedangkan di India sendiri bahasa tersebut hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan. Jadi, hanya kaum Brahmana lah yang mengerti dan menguasai penggunaan bahasa tersebut.
Dalam penyebaran agama, Buddha mengenal adanya missi penyiar agama yang disebut Dharmadhuta. Tersiarnya agama Buddha di Indonesia, diperkirakan sejak abad ke-2 M, dibuktikan dengan penemuan patung Budha dari perunggu di Jember, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan sebagainya.


      II.            Pengaruh Budaya Hindu – Buddha Terhadap Kebudayaan Indonesia
Datangnya agama Hindu dan Buddha ke Indonesia membawa pengaruh terhadap semua aspek kehidupan bangsa Indonesia, diantaranya:
1.      Bidang Aksara dan Seni Sastra
Pengaruh ini dianggap paling penting dalam perubahan kebudayaan Nusantara, dengan mengenal aksara menandakan bangsa Indonesia telah mengalami perubahan yang sebelumnya dikenal prasejarah menjadi sejarah.
¨      Contohnya: ditemukan beberapa tulisan yang digoreskan pada bebatuan di daerah Sungai Cisadane, Jawa Barat.
2.      Bidang Politik dan Pemerintahan
Sistem pemerintahan mengikuti pola dari India yaitu kerajaan, dimana kekuasaan dipegang oleh raja dan bersifat turun temurun. Pergantian penguasaan berdasarkan keturunan.
3.      Bidang Ilmu Pengetahuan
Di kenalnya sistem pengetahuan yaitu seperti huruf pallawa dan bahasa Sansekerta menjadi pembuka jalan bagi perkembangan ilmu dan pengetahuan. Para Brahmana berperan sebagai rohanaiwan sekaligus ilmuwan.
4.      Bidang Ilmu Sosial
Sistem stratifikasi mengikuti pola dari india yaitu pembagian masyarakat berdasarkan sistem kasta.
5.      Bidang Teknologi
Pengetahuan dan teknologi yang dimiliki bangsa Indonesia semakin  berkembang. Akibatnya, terjadi perpaduan pengetahuan dan teknologi dari India dengan masyarakat Indonesia yang terlihat  jelas dalam pembangunan Candi Borobudur.


    III.            Masuknya Agama Islam ke Indonesia
Berkembangnya agama Islam berawal dari masyarakat yang berada di daerah pesisir pantai. Diperkirakan agama dan kebudayaan Islam masuk ke Indonesia sejak abad ke-7 M. Kemudian, agama dan kebudayaan Islam dikembangkan ke daerah pedalaman yang ditujukan pada kalangan istana, yaitu raja, keluarga raja, dan kaum bangsawan. Masuknya ajaran Islam melahirkan kerajaan-kerajaan bercorak Islam yang ekspansionis, seperti Samudera Pasai di Sumatra dan Demak di Jawa Barat.
Dalam perkembangannya, Islam dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat. Ada beberapa faktor yang mendorong islam cepat berkembang, yaitu:
§  Islam tidak mengenal perbedaan golongan
§  Agama islam cocok dengan jiwa pedagang
§  Agama islam dikembangkan dengan cara damai
§  Sifat masyarakat indonesia yang ramah tamah memberi peluang untuk bergaul lebih erat dengan bangsa lain.
 


   IV.            Pengaruh Budaya Islam Terhadap Indonesia
Dalam perkembangan kebudayaan Islam di Indonesia, pola dasar kebudayaan setempat masih tetap kuat, sehingga terdapat wujud dan bentuk perpaduan budaya tradisional Indonesia dengan budaya Islam, atau disebut dengan akulturasi budaya. Adanya persamaan derajat dan hak, menyebabkan perkembangan Islam di Indonesia semakin pesat, terutama pada masyarakat di daerah pesisir atau di kota-kota bandar perdagangan.
Kaum ulama dan para pemuka agama seperti kyai mendapat tempat tinggal di masyarakat, karena mereka memandang ulama sebagai pemimpin dan mereka mematuhi nasihat-nasihatnya. Golongan ulama yang terkenal pada abad ke-15 dan ke-16 adalah para wali yang berjumlah sembilan orang atau terkenal dengan wali songo.
Perkembangan Malaka sebagai pusat perdagangan Islam, juga mendorong Malaka menjadi pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara. hal ini disebabkan banyak para pedagang Islam termasuk dari Indonesia datang ke Malaka tidak sekedar berdagang, tetapi juga memperdalam ajaran agama Islam.



Source:

Wednesday, 22 October 2014

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial



        I.            HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL
Manusia memiliki arti sebagai makhluk yang berakal budi dan mampu menguasai makhluk lain. Makhluk sendiri memiliki arti bahwa segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan. Individu mengandung arti bahwa manusia mampu berdiri sendiri. Sosial memiliki arti bahwa manusia pun membutuhkan manusia lain untuk berinteraksi. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk individu yang merupakan bagian dan unit terkecil dari kehidupan sosial atau makhluk sosial yang membentuk suatu kehidupan masyarakat, manusia merupakan kumpulan dari berbagai individu. Adapun uraian lebih lanjut mengenai manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial adalah sebagai berikut:

A.      Manusia Sebagai Makhluk Individu
Manusia sebagai makhluk individu memiliki keunikan atau ciri khas masing-masing, tidak ada manusia yang persis sama meskipun terlahir kembar. Secara fisik mungkin manusia akan memiliki banyak persamaan namun secara psikologis akan banyak menunjukan perbedaan. Ciri khas dan perbedaan tersebut sering disebut dengan kepribadian. Kepribadian seseorang akan sangan dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungannya. Setiap individu akan berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan jati dirinya yang berbeda dengan yang lainnya, tidak ada manusia yang betul-betul ingin menjadi orang lain, dia tetap ingin menjadi dirinya sendiri sehingga dia selalu sadar akan keindividualitasnya. Menurut Zanti Arbi dan Syahrun (Sadulloh, 2009:81) menyatakan bahwa setiap orang bertanggung jawab atas dirinya, atas pikiran, perasaan, pilihan, dan perilakunya. Orang yang betul-betul manusia adalah orang yang bertanggung jawab penuh. Tidak ada orang lain yang  mengambil alih tanggung jawab dalam hidupnya. Kata hatinya adalah kata hatinya sendiri.

B.      Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Menurut kodratnya manusia selain sebagai makhluk individu, mereka juga merupakan makhluk sosial. Adapun yang dimaksud dengan istilah ”Sosial” yang berasal dari akar kata bahasa Latin Socius, yang artinya berkawan atau masyarakat. Sosial memiliki arti umum yaitu kemasyarakatan dan dalam arti sempit mendahulukan kepentingan bersama atau masyarakat. Dalam hal ini yang dimaksud manusia sebagai makhluk sosial adalah makhluk yang hidup bermasyarakat yang hidupnya bersama dengan manusia lainnya. Manusia dapat di katakan makluk sosial karena pada dirinya terdapat dorongan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain, dimana terdapat kebutuhan untuk mencari berteman dengan didasari atas kesamaan ciri atau kepentingan masing-masing. Manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya. Makhluk sosial adalah makluk yang terdapat dalam beragam aktivitas dan lingkungan sosial.


      II.            KESIMPULAN
1.      Manusia sebagai mahluk individu merupakan satu kesatuan antara jasmani dan rohani.
2.      Manusia juga sebagai makhluk sosial karena pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain dimana satu sama lain saling membutuhkan.
3.      Untuk menjadi pribadi yang bermakhluk sosial, setiap individu dihadapkan dengan sosialisasi, yaitu suatu proses  dimana seseorang belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
4.      Adapun yang dimaksud masyarakat setempat atau komunitas berbeda dengan masyarakat. Masyarakat sifatnya lebih umum dan lebih luas, sedang masyarakat setempat lebih terbatas dan juga dibatasi oleh kawasan tertentu. Namun ditinjau dari aktivitas hubungannya dan persatuannya lebih erat pada masyarakat setempat dibandingkan dengan masyrakat.
5.      Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial selalu dihadapkan oleh dua kepentingan yaitu kepentingan individu dan sosial.
6.      Persoalan pengutamaan kepentingan individu atau masyarakat dapat memunculkan dua pandangan yang berkembang yaitu pandangan individualisme dan pandangan sosialisme yang sebetulnya kedua kepentingan tersebut tidak dapat dipisahkan dan bukanlah pilihan.